Bagi penggemar acara Empat Mata, Bukan Empat Mata atau Ini Baru Empat Mata yang tayang di Trans 7 beberapa waktu yang lalu pasti sering mendengar ledekan sang host, Tukul Arwana, kepada tandemnya, Vega Darwanti, tentang nama suatu kecamatan di Kabupaten Blora. Ya, kecamatan di Blora yang dimaksud adalah Randublatung. Saat itu, Tukul Arwana menggambarkan Ngatini (julukan Vega Darwanti) berasal dari suatu daerah ndeso dan terbelakang bernama Randublatung. Bahkan untuk pergi ke kota, Tukul meledek Ngatini nggandol truk pasir karena nggak ada angkutan umum. Hmmm, separah itukah Kecamatan Randublatung Blora? Nggak! Saya menolak anggapan itu. Kalau menyebut Randublatung itu ndeso pada 10 atau 15 tahun lalu mungkin ada benarnya. Sekali lagi, itu dulu, ya. Sekarang anggapan Randublatung ndeso sudah nggak relevan. Kecamatan yang terletak di wilayah Blora Selatan ini sudah banyak kemajuan dan layak bersaing dengan daerah lain di Kabupaten Blora. Infrastruktur jalan di Kecamatan Randublatung Blora lebih baik Saya berkunjung ke Randublatung pertama kali sekitar 14 tahun yang lalu. Saat itu saya pergi ke sana untuk mendampingi seorang tamu kantor yang sedang melakukan pemeriksaan pada beberapa proyek pemerintah. Kesan pertama saya ketika berkunjung ke Randublatung adalah nggak pengin ke sana lagi. Tapi itu dulu, Gaes. Sekarang Randublatung Blora sudah nggak kayak gitu. Sekitar dua minggu lalu saya ada acara dinas di sana. Ruas jalan Blora-Randublatung yang semula rusak parah sekarang sudah jauh lebih bagus. Jalan kabupaten yang sebelumnya berlubang di mana-mana, sekarang sudah mulus dan lebih kuat karena menjadi jalan rigid beton. Selain itu, waktu tempuh dari Blora ke Randublatung juga jadi lebih singkat, cuma sekitar 30 menit. Pembangunan infrastruktur seperti itu memang nggak bisa langsung selesai dalam waktu setahun, Gaes. Hal itu terjadi karena keterbatasan anggaran dan prioritas pembangunan. Nggak semua anggaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, kan? Bisa jadi APBD digunakan untuk membiayai sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan. Oleh sebab itu pembangunan ruas jalan Blora-Randublatung dilakukan dalam beberapa tahap hingga jalan tersebut benar-benar siap digunakan masyarakat. Terbukanya akses menuju Kabupaten Ngawi Menurut saya, letak geografis Kecamatan Randublatung ini sangat strategis karena menghubungkan Blora dengan beberapa daerah di sekitarnya. Contohnya jalan provinsi yang menghubungkan Cepu-Purwodadi (Kabupaten Grobogan). Selain itu, Kecamatan Randublatung juga menghubungkan antara Blora dengan Ngawi, Jawa Timur. Dengan letak yang strategis ini maka pembangunan infrastruktur jalan menjadi penting karena bisa membuka akses suatu daerah dengan daerah yang lain. Apabila akses sudah terbuka, maka perekonomian masing-masing daerah juga semakin meningkat. Source by : Rudy Tri Hermawan mojok.co ○

Artikel JDIH

Kecamatan Randublatung Blora: Dulu Dicap Ndeso, Sekarang Layak Bersaing dengan Daerah Lain

Kecamatan Randublatung Blora: Dulu Dicap Ndeso, Sekarang Layak Bersaing dengan Daerah Lain Bagi penggemar acara Empat Mata, Bukan Empat Mata atau Ini Baru Empat Mata yang tayang di Trans 7 beberapa waktu yang lalu pasti sering mendengar ledekan sang host, Tukul Arwana, kepada tandemnya, Vega Darwanti, tentang nama suatu kecamatan di Kabupaten Blora. Ya, kecamatan di Blora yang dimaksud adalah Randublatung. Saat itu, Tukul Arwana menggambarkan Ngatini (julukan Vega Darwanti) berasal dari suatu daerah ndeso dan terbelakang bernama Randublatung. Bahkan untuk pergi ke kota, Tukul meledek Ngatini nggandol truk pasir karena nggak ada angkutan umum. Hmmm, separah itukah Kecamatan Randublatung Blora? Nggak! Saya menolak anggapan itu. Kalau menyebut Randublatung itu ndeso pada 10 atau 15 tahun lalu mungkin ada benarnya. Sekali lagi, itu dulu, ya. Sekarang anggapan Randublatung ndeso sudah nggak relevan. Kecamatan yang terletak di wilayah Blora Selatan ini sudah banyak kemajuan dan layak bersaing dengan daerah lain di Kabupaten Blora. Infrastruktur jalan di Kecamatan Randublatung Blora lebih baik Saya berkunjung ke Randublatung pertama kali sekitar 14 tahun yang lalu. Saat itu saya pergi ke sana untuk mendampingi seorang tamu kantor yang sedang melakukan pemeriksaan pada beberapa proyek pemerintah. Kesan pertama saya ketika berkunjung ke Randublatung adalah nggak pengin ke sana lagi. Tapi itu dulu, Gaes. Sekarang Randublatung Blora sudah nggak kayak gitu. Sekitar dua minggu lalu saya ada acara dinas di sana. Ruas jalan Blora-Randublatung yang semula rusak parah sekarang sudah jauh lebih bagus. Jalan kabupaten yang sebelumnya berlubang di mana-mana, sekarang sudah mulus dan lebih kuat karena menjadi jalan rigid beton. Selain itu, waktu tempuh dari Blora ke Randublatung juga jadi lebih singkat, cuma sekitar 30 menit. Pembangunan infrastruktur seperti itu memang nggak bisa langsung selesai dalam waktu setahun, Gaes. Hal itu terjadi karena keterbatasan anggaran dan prioritas pembangunan. Nggak semua anggaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, kan? Bisa jadi APBD digunakan untuk membiayai sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan. Oleh sebab itu pembangunan ruas jalan Blora-Randublatung dilakukan dalam beberapa tahap hingga jalan tersebut benar-benar siap digunakan masyarakat. Terbukanya akses menuju Kabupaten Ngawi Menurut saya, letak geografis Kecamatan Randublatung ini sangat strategis karena menghubungkan Blora dengan beberapa daerah di sekitarnya. Contohnya jalan provinsi yang menghubungkan Cepu-Purwodadi (Kabupaten Grobogan). Selain itu, Kecamatan Randublatung juga menghubungkan antara Blora dengan Ngawi, Jawa Timur. Dengan letak yang strategis ini maka pembangunan infrastruktur jalan menjadi penting karena bisa membuka akses suatu daerah dengan daerah yang lain. Apabila akses sudah terbuka, maka perekonomian masing-masing daerah juga semakin meningkat. Source by : Rudy Tri Hermawan mojok.co